Kehadiran mobil murah dinilai hanya strategi bisnis belaka. Sekretaris Komisi IV Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Surakarta Umar Hasyim mengatakan para produsen mobil ingin lebih kuat mencengkeram pasar Indonesia dengan memproduksi mobil murah. “Mereka ingin membuka pasar baru dengan membuat mobil murah. Setelah mendapat tempat, lama-lama harganya akan naik dan tidak lagi murah,” ujarnya kepada wartawan di Surakarta, Senin, 30 September 2013.
Dia menilai program mobil murah hanya menguntungkan segelintir orang. Sementara masyarakat miskin yang terimpit beban ekonomi lebih membutuhkan program sandang murah, pangan murah, serta transportasi murah dan nyaman. “Program mobil murah tidak menguntungkan banyak kalangan,” katanya. Bahkan ketika peminat mobil murah semakin banyak, akhirnya hukum pasar yang bicara. Yaitu harga akan naik ketika produksi tidak mampu mengikuti permintaan.
“Mobil murah ke depan tidak lagi murah. Akan sama mahalnya seperti mobil yang sekarang,” ujarnya. Dia berharap masyarakat tidak ikut tergiur memiliki mobil murah karena lebih banyak dampak negatifnya. “Kami tidak bisa melarang penjualan. Hanya bisa mengimbau agar masyarakat tidak terjebak ke euforia sesaat mobil murah,” katanya.
Bahkan dia mengaku salah seorang rekannya merasa tertipu oleh penawaran mobil murah. “Dia sudah inden dengan harga yang dijanjikan sekian rupiah. Tapi ternyata di kemudian hari harganya naik,” ujarnya. Dia menilai model penawaran seperti itu penipuan dan pembohongan publik.
Selain itu program mobil murah hanya menguntungkan industri asing. Meski ada yang diproduksi di Indonesia, faktanya produsen mobil murah adalah bangsa asing. “Kalau dibilang industri otomotif menyediakan lapangan kerja, memang benar. Tapi tidak sebanding dengan masalah yang ditimbulkan,” kata Umar.
Salah seorang calon pembeli mobil murah, Ali Saifullah mengatakan pada Oktober 2012 mendapat tawaran membeli mobil murah merek tertentu. “Saya dijanjikan harganya Rp 95 juta dan mobil dikirim Mei 2013,” katanya. Nyatanya hingga kini dia belum menerima mobil murah tersebut. Harganya juga naik menjadi Rp 110,8 juta. “Saya merasa tertipu. Sampai sekarang saya belum memutuskan akan lanjut atau tidak,” ujarnya, yang sudah menyetor uang tanda jadi Rp 5 juta.
Berita ini masih membutuhkan tanggapan dari Gabungan Industri Kendaraan Bermotor dan pelaku industri otomotif yang sudah mulai memasarkan mobil murah seperti PT Astra Daihatsu Motor dan PT Toyota Astra Motor.
UKKY PRIMARTANTYO
TEMPO.CO, Surakarta
Komentar
Posting Komentar